Teori Ushul Fiqh

Ushul Fiqih berfungsi sebagai metodologi untuk memahami Al-Qur’an dan Sunnah secara tepat. Tanpa Ushul Fiqh rentan terjadi kekeliruan dalam memahami nash-nash wahyu Al-Qur’an dan Sunnah. Misalnya untuk menyelesaikan kesan adanya kontradiksi antar-bagian Al-Qur'an dengan Nasakh Mansukh. Atau hukum taklif terkait Amr Nahi, bahwa tidak semua yang ditunjuk dengan bahasa perintah (Amr) dalam Al-Qur'an berarti kewajiban yang harus dikerjakan, dan tidak semua yang dilarang memiliki konsekuensi haram.

Bagi mujtahid, Ushul Fiqih berfungsi sebagai sebuah metodologi untuk melakukan ijtihad melalui proses pemahaman yang argumentatif atas sumber-sumber hukum Islam untuk menjawab setiap problematika kehidupan manusia. Bagi kita, Ushul Fiqh berfungsi untuk memahami bagaimana proses suatu hukum ditetapkan. Hal ini karena tidak cukup sekedar mengetahui hukum wajib atau sunnah terhadap suatu hal, tetapi juga mengetahui latar belakang dan sebab-sebab ditetapkannya hukum tersebut. Usul Fiqh serves as a methodology for understanding the Qur'an and Sunnah as appropriate. Without Usul Fiqh susceptible to errors in understanding the texts of revelation of the Qur'an and Sunnah. For example, to complete the impression of a contradiction between the parts of the Qur'an by abrogating Mansukh. Or laws related taklif Amr Nahi, that not all designated by the command language (Amr) in the Qur'an means the obligation is to do, and not all are prohibited from having unlawful consequences.

For mujtahid, Usul Fiqh serves as a methodology to perform ijtihad through argumentative understanding of the sources of Islamic law to answer any problems of human life. For us, Usul Fiqh serves to understand how the process of a legal set. This is because not enough just knowing the law is mandatory or sunnah to something, but also know the background and reasons for the enactment of the law.